Notification

×

Iklan

Iklan

Gaya Diplomasi Budaya ala Korea Selatan

Jumat, 08 Mei 2020 | Mei 08, 2020 WIB | 0 Views Last Updated 2020-05-08T10:56:38Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik
Ditulis oleh : Fauzi Wahyu Zamzami, Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Islam Indonesia
TamiangNews.com | Film dan Drama Korea kini menjadi salah satu media yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Terlebih sejak pemerintah menetapkan peraturan Work From Home (WFH), kebanyakan masyarakat khususnya kalangan pelajar menggunakan sebagian waktunya untuk menonton drama Korea. 
Hal yang paling unik adalah ketika orang yang sama sekali tidak suka bahkan tidak tau tentang drama Korea, kini mereka sangat menyukainya. 

Drama-drama Korea yang popoler di Indonesia saat ini diantaranya Itaewon Class, Crash Landing On You, The World of Married, dan sebagainya.

Namun, perlu dipahami bahwa Film dan Drama Korea sering kali disebut sebagai faktor utama penyebab adanya gelombang korea / Korean Wave. 

Di Indonesia, Drama Korea pertama kali memasuki stasiun televisi melalui channel Indosiar pada tahun 2002 yang menayangkan drama Winter Sonata dan Endless Love. 

Film dan Drama Korea sangat memiliki kaitan erat dengan gaya diplomasi publik Korea Selatan. Menurut Shin Seung Jin, aktivitas diplomasi publik melalui kebudayaan merupakan cara lain bagi suatu negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya selain dengan cara-cara militer. 

Soft Power yang digunakan oleh Korea Selatan diawali oleh Culture Policy sejak masa pemerintahan Kim Dae Jung dengan dikeluarkannya The Basic Law of Cultural Industry Promotion. 

Dalam hukum internasional bidang kebudayaan dijelaskan bahwa Korea Selatan telah membangun kontrak dan kerjasama kebudayaan dengan berbagai negara untuk menjalin hubungan bilateral melalui diplomasi kebudayaan. 

Sejak tahun 2009, kerjasama di bidang industry film ini diperkuat melalui kerjasama antara Korean Culture Centre dan Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Korea Selatan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Kebudayaan dan Pendidikan, serta distributor film Jive Entertainment dalam menyelenggarakan acara tahunan festival film Korea selama 7 hari di Bioskop Indonesia. 

Saya melihat bahwa gaya diplomasi Korea Selatan sangat jarang dimiliki oleh negara lain. Korea Selatan memiliki misi utama yaitu untuk meningkatkan citra baik ke seluruh negara di dunia ini. 

Strategi yang digunakannya pun sangat unik. Hal ini sebagaimana diutarakan oleh Shin Seung Jin bahwa Korea Selatan memiliki 3 strategi utama. 

Pertama, 100% Culture yang artinya 100% tujuannya hanya untuk mengenalkan budaya Korea dan biasanya ditujukan kepada negara-negara yang kurang mengenal Korea seperti negara-negara di Afrika hingga akhirnya mampu menjalin hubungan bilateral. 

Kedua, 60% Culture 40% Commerce yang artinya strategi ini dilakukan kepada negara-negara kelas menengah yang memahami tentang budaya Korea namun masih minim sehingga perlu adanya penekanan lebih dalam. Uniknya, target negara-negara kelas menengah ini biasanya menjadi sasaran terjadinya kombinasi antara Culture dan Trade, contohnya Indonesia.

Ketiga, Advance Korean Studies oriented with a flavor of pure culture yang artinya strategi ini dilakukan kepada negara yang telah memahami Korea dengan baik. 

Namun, sayangnya karakteristik masyarakat yang ada di negara-negara tersebut justru memiliki banyak pandangan negatif terhadap Korea sehingga pendekatan yang dilakukan melalui pertukaran budaya seperti belajar bahasa Korea atau melanjutkan pendidikan di Korea. 

Negara yang berada di kategori ini diantaranya Tiongkok, Amerika Serikat, dan Jepang.

Dari ketiga strategi tersebut, saya berargumen bahwa tingkatan yang dilakukan oleh Korea Selatan setidaknya melalui tiga tahap yaitu Understanding, Informing, dan Influencing dengan tujuan memiliki citra positif. 

Apakah citra positifnya berhasil dibangun di Indonesia ?
Saya sangat setuju bahwa citra positif Korea Selatan melalui Film dan Drama di Indonesia sangat berhasil. 

Menurut data dari The Cultural Cooperation and Korean Wave (Hallyu), ada 55,967% akun Facebook Drama Korea Indonesia dari seluruh fanbase akun Facebook pecinta drama Korea di Indonesia, selain itu terdapat juga banyak akun di berbagai sosial media seperti Instagram maupun Twitter. 

Survey BBC Country Polling 2010 juga menunjukkan bahwa persepsi orang Indonesia meningkat 51% dibanding dua tahun sebelumnya. Bahkan di tahun tersebut Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Pasifik yang memiliki tingkat persepsi paling tinggi terhadap Korea Selatan.

Tidak hanya itu, di tahun 2013 Indonesia berhasil menduduki posisi kedua tingkat persepsi paling tinggi terhadap Korea Selatan dan posisi pertamanya diduduki oleh Korea sendiri. 

Bahkan, akhir-akhir ini Instagram dan Twitter sangat ramai dengan komentar netizen Indonesia terkait pemeran pelakor dalam drama “The World of Married” yang dibintangi oleh Han So Hee. Menariknya, netizen Indonesia menyerbu akun artis tersebut dengan berbagai komentar seperti perebut suami orang, cantik-cantik pelakor, dan sebagainya. 

Salah satu media yaitu Suara.com menyebutkan ada 7.800 komentar dan menjadi respon terbanyak dari 200 postingan Han So Hee di akun pribadinya tersebut. 

Film dan Drama Korea Selatan berhasil masuk dalam pemikiran masyarakat Indonesia khususnya di kalangan pemuda sehingga mereka terobsesi untuk hidup layaknya dalam drama. 

Selain hal itu, tempat-tempat indah yang menjadi latar tempat dalam film dan drama Korea menjadikan banyak persepsi orang Indonesia ingin berkunjung kesana. 

Oleh karena itu, hal ini menimbulkan dampak baru selain citra positif yaitu keuntungan ekonomi secara khusus melalui sektor pariwisata.

Diakhir tulisan, saya ingin menyampaikan bahwa sejatinya Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, bahasa, suku, dan sebagainya. 

Strategi yang dipakai oleh Korea Selatan bisa menjadi salah satu cara bagi Indonesia untuk mengadopsinya. 

Sehingga cepat atau lambat Indonesia akan dikenal dengan luas di luar negeri sehingga tidak hanya Bali yang biasanya orang luar kenal. 

Selain itu, Indonesia juga akan menjadi negara yang sangat disegani dunia karena strategi diplomasi publik melalui kebudayaan yang dilakukan olehnya.

Penulis juga merupakan Mahasiswa Berprestasi II FPSB UII dan Ambassador untuk EXIMUS 2020 di IIM Bangalore, India. Selain itu, ia juga pernah menjadi pembicara dan mengikuti berbagai event internasional secara gratis di 10 negara dan penulis 8 artikel di berbagai media seperti Radar Sukabumi, Geotimes, Apajake.id, dan TamiangNews.
×
Berita Terbaru Update