Notification

×

Iklan

Iklan

Bagaimana Stress dapat Mempengaruhi Imunitas pada Infeksi Virus

Kamis, 07 Mei 2020 | Mei 07, 2020 WIB | 0 Views Last Updated 2020-05-07T08:30:24Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik
"Psychosomatic and Paliative Division, Internal Medicine, Faculty of Medicine Universitas Indonesia/Cipto Mangunkusumo Referral Hospital, Jakarta, Indonesia"



Stress merupakan hal yang menjadi permasalahan serius bagi masyarakat. Stress yang dipengaruhi oleh stressor terbagi ke dalam dua dimensi, yaitu berdasarkan: durasi waktu (diskret) dan lama waktu (kontinu). Sedangkan penyebab stresor dibagi berdasarkan waktu.  Waktu terjadinya stressor dibagi menjadi lima waktu yaitu: 
  1. Stressor yang terjadi sangat akut/cepat (Acute time-limited stressors) contoh: stressor yang didapatkan saat berbicara langsung di keramaian tanpa persiapa 
  2. Stressor yang terjadi secara alamiah dalam waktu singkat (Brief naturalistic stressors) contoh: stressor yang terjadi saat mengahadapi ujian masuk universitas, dimana ujian ini akan menentukan kehidupannya dalam jangka waktu pendek di dunia nyata
  3. Stressor karena urutan peristiwa yang tidak menyenangkan (Stressful event sequences) contoh: yang terjadi karena kehilangan pasangan hidup, bencana alam; seyogyanya setiap orang menyadari bahwa peristiwa-peristiwa tersebut akan dialami tapi tidak tahu waktu pasti terjadi dan harus tetap dihadapi
  4. Stressor kronik (Chronic stressors) stressor ini akan terus menerus mempengaruhi hidup seseorang sehingga orang tersebut akan mengubah identitas dan peran sosialnya karena tidak tahu sampai kapan akan selesai stressornya. Contoh stressor kronik adalah menjadi perawat pasangan yang mengalami disabilitas (Cacat) atau orang tersebut sendiri mengalami disabilitas permanen
  5. Stressor waktu lampau (Distant stressors) contoh: riwayat dianiaya saat masa kanak, menyaksikan kematian rekan sendiri saat terjadi kecelakaan dalam kendaraan yang ditumpangi bersama. 
Imunitas atau sistem kekebalan tubuh dipengaruhi oleh stress melalui beberapa jalur, yaitu 1) melalui syaraf neuro otonom; 2) melalui aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal (Aksis HPA), aksis simpatis-adrenal-medula (aksis SAM), aksis hipotalamus-hipofisis-gonad (Aksis HPG); 3) melalui perilaku negatif orang itu sendiri. 

Pada jalur pertama, syaraf neuro otonom, syaraf simpatis melepaskan berbagai macam substansi yang mempengaruhi respon imunitas dengan mengikat reseptor leukosit.  Dimana limfosit berfungsi sebagai bagian dari sistem daya tahan tubuh. 

Pada jalur kedua yaitu aksis HPA, aksis SAM, aksis HPG berkoordinasi untuk mengeluarkan hormon adrenal, norepineprin, dan kortisol; prolaktin dan hormon pertumbuhan (Growth hormone); melatonin peptide otak, endorphin, dan enkephalin. 

Semua subtrat ini memiliki ikatan yang spesifik dengan reseptor leukosit. Pada jalur ketiga, yang dimaksud perilaku negatif orang itu sendiri adalah perilaku penyalahgunaan zat atau perubahan pola tidur, dimana hal ini dapat menyebabkan perubahan imunitas tubuh. 

Dalam kondisi infeksi, keluhan yang dirasakan yang terjadi dapat disebabkan karena stress yang terjadi dalam tubuh baik fisik maupun psikologis. Saat seseorang sakit, terjadi sindrom aktivasi imunologi yang menyebabkan perubahan perilaku seperti pengurangan aktivitas, interaksi sosial, dan aktivitas seksual, juga peningkatan respon terhadap rasa sakit, anoreksia, dan terjadi penekanan suasana hati. 

Sindrom ini adalah hal yang baik karena secara tidak langsung memaksa tubuh untuk mengumpulkan energi, maka tubuh akan lebih mudah menghadapi infeksi. Kesimpulannya adalah stress dapat menurunkan imunitas tubuh melalui beberapa jalur sehingga akibatnya akan mudah untuk terinfeksi virus. 

Salah satu terapi untuk mengurangi stress adalah dengan berkomunikasi dengan orang yang tepat, seperti psikolog misalnya. Sebuah platform yang menyediakan konsultasi melalui video call dengan psikolog adalah di website medikku.com.

"Tentang Medikku.com"

“Medikku” adalah sebuah aplikasi online yang mendukung untuk fitur “video call” dimana pasien dapat bertemu dan bertanya langsung mengenai keluhan mereka kepada dokter dan psikologis tanpa bertemu langsung. Antusiasme masyarakat menjadi peran serta dalam menjalankan program ini sebagai suatu bentuk masyarakat Indonesia sadar dan peduli dengan kesehatan mereka masing-masing. 

Dengan peran serta berbagai pihak masyarakat serta tenaga kesehatan, diharapkan penyakit-penyakit silent killer atau gejala ringan dapat teratasi tanpa adanya keresahan akan situasi saat ini tanpa jangkauan, karena dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja.

Pengirim:
dr Kelli J
Penulis : dr Edward Faisal







×
Berita Terbaru Update