Nusa Tenggara Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki kekayaan yan sangat melimpah mulai dari kekayaan alam, kekayaan budaya, serta kekayaan biodiversitasnya yang menjadikan NTT sebagai propinsi yang kaya dan istimewah.
Berbagai macam flora dan fauna endemic ditemukan disana, salah satunya adalah Kura-kura Kepala Ular. Kura-kura kepala ular atau dalam bahasa daerah dikenal dengan sebutan Keaoe atau Nggoa, ditemukan diperairan pulau Rote pada tahun 1970-an.
Kura-kura ular memiliki banyak keistimewaan yang menjadikannya sebagai fauna endemic yang memiliki daya tarik tersendiri. Kura-kura ular atau Chelodina mccordi memiliki morfologi unik dengan kepala yang panjang dengan bentuk menyerupai ular. Keunikan yang dimiki menjadi daya tarik tersendiri untuk dimanfaatkan lebih lanjut.
Kura-kura Ular memiliki pengaruh terhadap stabiitas ekosistem khususnya stabilitas ekosistem perairan di sekitaran pulau timor Rote. Seperti halnya hukum ekosistem yang menyatakan, setiap organisme dalam suatu ekosistem menduduki sisi kepentingan yang sama dimana memiliki manfaatnya sendiri bagi stabilitas ekosistem.
Berkurangnya salah satu populasi salah satu populasi dalam suatu ekosistem pastinya mempengaruhi stabilitas ekosistem tersebut secara keseluruhan. penurunan populasi C. mccordi sangat berdampang pada keataan aliran sungai dan k danau-danau di pulau Rote.
Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya populasi tumbuhan air yang mengganggu stabilitas ekosistem khususnya adanya perubahan debit air yang pada akhirnya mempengaruhi debit air pada irigasi pertanian. Oleh karenanya pertanian dan perkebunan mengalami gangguan ketersediaan air.
Berbagai kegiatan eksploitasi yang dilakukan menyebabkan populasi C. mccordi semakin menurun dan diambang kepunahan. Ditambah dengan kurangnya perhatian dari pemerintah dan masyarakat umum terhadap keberadaan Kura-kura Ular.
Punahnya suatu spesies pada suatu ekosistem menyebabkan kestabilannya terganggu, selain itu punahnya C. mccordi diartikan sebagai menurunnya kekayaan genetik dan kekayaan biodiversitas Indonesia khususnya NTT. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu pendekatan pemulihan untuk memperbaiki dan menstabilkan populasi C. mccordi.
Pendekatan dan pemulihan dapat dilakukan dengan mengharapkan perhatian dari pemerintah dalam upaya pemulihan. Pengelolahan dilakukan dengan 3 pendekatan. Pendekatan pertama tahapan pemulihan dengan usaha pemulihan habitat asli C. mccordi. Pemulihan habitat membutuhkan tenaga ahli yang memahami cara atau upaya dalam memulihkan atau upaya konservasi yang tepat dalam memulihkan habitat asli C. mccordi.
Setelah disiapkan suatu habitat asli yang kembali membaik, dilakukan pendekatan aksi. Pendekatan aksi ini dilakukanya penangkaran C. mccordi pada habitat aslinya dengan pengawasan dan daya dukung pertumbuhan dan perkembanganya. Seperti halnya pendekatan persiapan, pendekatan aksi membutuhkan tenaga ahli yang membantu menentukan tindakan dan cara pengelolaan penangkaran langsung pada habitat aslinya.
Selanjutnya dilakukan peningkatan perkembangbiakan, dengan cara perhitungan masa bertelur dan daya dukung keberhasilan perkembangbiakan. Pendekatan selanjutnya yang dapat dilakukan, pendekatan pengolahan dilakukann pengawasan dan perlindungan terhadap hasil pendekatan aksi. Pada pendekatan ini dapat dimanfaatkan dengan menjadikan lokasi sekitaran habitat C. mccordi sebagai daerah bioedukasi wisata, dimana menyajikan ilmu dan pengetahuan tentang C. mccordi dan dapat belajar langsung dan melihat langsung kehidupan C. mccordi.
Menjadikan sebagai tempat wisata tentunya dapat mengganggu stabilitas habitat C. mccordi, namun dengan pengelolahan yang tepat, kedua pendekatan ini dapat berjalan searah. Dimana pengolahan pelestarian C. mccordi dapat terus berjalan, wisata yang berlandaskan ekowisata dan bioedukasi dimana menjunjung tinggi perlestarian lingkungan.
Dengan terlaksananya ketiga pendekatan ini, dapat meningkatkan populasi C. mccordi sehingga ekosistem di Pulau Rote dapat berjalan dengan baik. Selain itu, dapat juga memberikan efek yang baik pada peningkatan ekonomi daerah melalui pemanfaatan objek wisata, tanpa eksploitasi.
Pengirim :
Yohana Dwi Erica Kaus Putri
Mahasiswi Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta
Berbagai macam flora dan fauna endemic ditemukan disana, salah satunya adalah Kura-kura Kepala Ular. Kura-kura kepala ular atau dalam bahasa daerah dikenal dengan sebutan Keaoe atau Nggoa, ditemukan diperairan pulau Rote pada tahun 1970-an.
Kura-kura ular memiliki banyak keistimewaan yang menjadikannya sebagai fauna endemic yang memiliki daya tarik tersendiri. Kura-kura ular atau Chelodina mccordi memiliki morfologi unik dengan kepala yang panjang dengan bentuk menyerupai ular. Keunikan yang dimiki menjadi daya tarik tersendiri untuk dimanfaatkan lebih lanjut.
Kura-kura Ular memiliki pengaruh terhadap stabiitas ekosistem khususnya stabilitas ekosistem perairan di sekitaran pulau timor Rote. Seperti halnya hukum ekosistem yang menyatakan, setiap organisme dalam suatu ekosistem menduduki sisi kepentingan yang sama dimana memiliki manfaatnya sendiri bagi stabilitas ekosistem.
Berkurangnya salah satu populasi salah satu populasi dalam suatu ekosistem pastinya mempengaruhi stabilitas ekosistem tersebut secara keseluruhan. penurunan populasi C. mccordi sangat berdampang pada keataan aliran sungai dan k danau-danau di pulau Rote.
Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya populasi tumbuhan air yang mengganggu stabilitas ekosistem khususnya adanya perubahan debit air yang pada akhirnya mempengaruhi debit air pada irigasi pertanian. Oleh karenanya pertanian dan perkebunan mengalami gangguan ketersediaan air.
Berbagai kegiatan eksploitasi yang dilakukan menyebabkan populasi C. mccordi semakin menurun dan diambang kepunahan. Ditambah dengan kurangnya perhatian dari pemerintah dan masyarakat umum terhadap keberadaan Kura-kura Ular.
Punahnya suatu spesies pada suatu ekosistem menyebabkan kestabilannya terganggu, selain itu punahnya C. mccordi diartikan sebagai menurunnya kekayaan genetik dan kekayaan biodiversitas Indonesia khususnya NTT. Oleh sebab itu, dibutuhkan suatu pendekatan pemulihan untuk memperbaiki dan menstabilkan populasi C. mccordi.
Pendekatan dan pemulihan dapat dilakukan dengan mengharapkan perhatian dari pemerintah dalam upaya pemulihan. Pengelolahan dilakukan dengan 3 pendekatan. Pendekatan pertama tahapan pemulihan dengan usaha pemulihan habitat asli C. mccordi. Pemulihan habitat membutuhkan tenaga ahli yang memahami cara atau upaya dalam memulihkan atau upaya konservasi yang tepat dalam memulihkan habitat asli C. mccordi.
Setelah disiapkan suatu habitat asli yang kembali membaik, dilakukan pendekatan aksi. Pendekatan aksi ini dilakukanya penangkaran C. mccordi pada habitat aslinya dengan pengawasan dan daya dukung pertumbuhan dan perkembanganya. Seperti halnya pendekatan persiapan, pendekatan aksi membutuhkan tenaga ahli yang membantu menentukan tindakan dan cara pengelolaan penangkaran langsung pada habitat aslinya.
Selanjutnya dilakukan peningkatan perkembangbiakan, dengan cara perhitungan masa bertelur dan daya dukung keberhasilan perkembangbiakan. Pendekatan selanjutnya yang dapat dilakukan, pendekatan pengolahan dilakukann pengawasan dan perlindungan terhadap hasil pendekatan aksi. Pada pendekatan ini dapat dimanfaatkan dengan menjadikan lokasi sekitaran habitat C. mccordi sebagai daerah bioedukasi wisata, dimana menyajikan ilmu dan pengetahuan tentang C. mccordi dan dapat belajar langsung dan melihat langsung kehidupan C. mccordi.
Menjadikan sebagai tempat wisata tentunya dapat mengganggu stabilitas habitat C. mccordi, namun dengan pengelolahan yang tepat, kedua pendekatan ini dapat berjalan searah. Dimana pengolahan pelestarian C. mccordi dapat terus berjalan, wisata yang berlandaskan ekowisata dan bioedukasi dimana menjunjung tinggi perlestarian lingkungan.
Dengan terlaksananya ketiga pendekatan ini, dapat meningkatkan populasi C. mccordi sehingga ekosistem di Pulau Rote dapat berjalan dengan baik. Selain itu, dapat juga memberikan efek yang baik pada peningkatan ekonomi daerah melalui pemanfaatan objek wisata, tanpa eksploitasi.
Pengirim :
Yohana Dwi Erica Kaus Putri
Mahasiswi Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta