Notification

×

Iklan

Iklan

Karakter Anak Usia Dini Berbasis Islam

Kamis, 30 April 2020 | April 30, 2020 WIB | 0 Views Last Updated 2020-04-30T13:40:20Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik
Karakter anak berbasis islami harus dibentuk atau dididik sejak anak usia dini. Tujuannya dari pembentukan karakter ini agar anak memiliki kepribadian yang baik sehingga ketika anak sudah menginjak dewasa maka ia akan menjadi anak yang shaleh maupun shalehah sehingga akan bisa memberikan manfaat untuk sesama. Tanpa proses pemberian pengasuhan dan pendidikan yang benar, mustahil untuk mencetak anak yang berkarakter.


Pendidikan karakter ini merupakan segala upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk mengajarkan kebiasaan cara berfikir dan berperilaku yang membantu anak untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan, karakter juga dapat di istilahkan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain.

Menurut William Kilpatrick, dalam pendidikan karakter ada tiga komponen karakter baik yang harus dikembangkan dan merupakan ciri khas dari pendidikan karakter, yaitu pertama, moral knowing atau pengetahuan tentang moral, yaitu merupakan kesadaran tentang moral (moral awarenes), pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral value), penentuan sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral reasoning), keberanian mengambil dan menentukan sikap (decision making), dan pengenalan diri (self knowledge). 

Unsur moral knowing mengisi ranah kognitif mereka. Kedua, Moral feeling, yaitu merupakan penguatan aspek emosi siswa untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh siswa, yaitu kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri (self esteem), kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty), cinta kebenaran (loving the good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humility). Ketiga, moral Action, yaitu merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter, yaitu: kompetisi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).[8]

Menurut T. Lickona, E. Schaps dan C. lewis (2003), pendidikan karakter harus didasarkan pada sebelas prinsip berikut ini:

  1. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter. 
  2. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku.
  3. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.
  4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
  5. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukan perilaku yang baik.
  6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua siswa, membangun karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses.
  7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para siswa.
  8. Mengfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk mendidik karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.
  9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.
  10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.
  11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru karakter, dan manesfetasi karakter positif dalam kehidupan siswa.[9]

Dalam pendidikan karakter, anak didik memang sengaja dibangun karakternya agar mempunyai nilai-nilai kebaikan sekaligus mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu kepada Tuhan Yang Maha Esa, dirinya sendiri, sesama manusia, serta lingkungan sekitar. 

Pendidikan anak dapat dimulai dari Pesantren atau sekolah sebagai tempat pembinaan sekaligus pemberdayaan karakter anak. Karena dengan moral dan etika yang baik akan membentuk anak sebagai pribadi yang berkarakter baik.

B. Cara Pembentukan Karakter Berbasis Islami Pada Anak Usia Dini

Anak yang berkarakter tentunya memiliki parameter dan nilai standarisasi meskipun pointnya bisa saja berbeda tergantung dari kemampuan yang dimiliki anak.  Hal yang terbaik untuk digunakan sebagai parameter adalah tentunya pembentukan karakter anak yang berwawasan Islam. Dalam Islam sendiri mengatur tentang bagaimana cara membentuk karakter anak. Banyak acuan dan kisah-kisah yang bisa dijadikan media pembelajaran untuk membentuk karakter anak.

Dalam Al-Quran ataupun Sunnah Nabi banyak di jabarkan bagaimana cara membentuk dan mendidik anak sehingga anak bisa menjadi anak yang berkarakter.  Karena pembentukan anak yang berkarakter mustahil dilakukan jika tidak ada contoh riil yang bisa dijadikan uswah atau teladan bagi anak. Teladan ini menjadi penting karena anak juga memerlukan figur sehingga ia akan mengikuti jalan yang pernah dilakukan oleh figur tersebut. Cara pembentukan karakter berbasis islami pada anak usia dini adalah dengan membentuk:

1. Pola Pengasuhan (Hadanah)

Karakter anak bisa dibentuk jika menggunakan pola pengasuhan yang benar.  Anak-anak memiliki tahap-tahapan usia dan dalam tahapan usia tersebut tentunya anak juga memerlukan perlakuan yang berbeda.  Cara mendidik anak ini akan bisa optimal jika disesuaikan dengan usia anak.  Anak usia dini tentunya memerlukan kasih sayang yang cukup bila dibandingkan mendidik anak yang sudah memasuki usia dewasa.  Penerapan ketegasan antara anak-anak akan berbeda dengan anak usia dewasa.

2. Suri Tauladan

Teladan sangat penting dalam proses pendidikan anak. Karena memang biasanya anak hanya akan meniru apa yang ada disekitarnya dan apa yang diajarkan kepadanya.  Pembentukan karakter ini akan menjadi berat manakala tidak ada figur yang bisa dijadikan contoh terutama orang tua. Orang tua merupakan contoh teladan terdekat anak. Sedangkan orang tua hendaknya mengikuti teladan terbaik yaitu Nabi Muhammad. Maka untuk membantu keberhasilan dalam pembentukan karakter anak hendaknya orang tua tidak memberikan teladan yang buruk di depan anak.

3. Rangsangan dan Ancaman

Rangsangan dan ancaman hendaknya diajarkan kepada anak sehingga anak akan memiliki motivasi ketika beraktivitas. Pengenalan ancaman dan rangsangan ini bisa diajarkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan berpikir anak. Dengan pemberian rangsangan maka anak akan termotivasi untuk berbuat kebaikan. Sedangkan pendidikan ancaman maka anak akan belajar untuk menjauhi dan tidak melakukan perbuatan buruk.

4. Kisah Teladan

Cerita merupakan kisah yang bisa memberikan nilai pendidikan untuk anak. Anak akan bisa menangkap maksud dari cerita yang di sampaikan tanpa ada kesan menggurui kepada anak. Agar nilai pendidikan bisa diserap anak maka sempatkanlah mendidik anak dengan membacakan kisah-kisah inspiratif untuk anak. Banyak cerita yang bisa kita sampaikan kepada anak baik itu kisah yang ada dalam Al-Qur’an ataupun cerita tentang Nabi dan sahabat-sahabatnya.

5. Dialog

Komunikasi antara orang tua dengan anak sangat penting untuk dilakukan.  Untuk anak usia dini, dialog yang baik akan bisa merangsang kemampuan bahasa anak. Dengan dialog dan komunikasi yang baik kepada anak juga akan mendekatkan hubungan orang tua dengan anak. Dialog yang baik akan menuntun anak dalam memahami karakter yang akan menjadi kepribadiannya. Maka tak heran dengan bahasa dialog kita akan bisa menebak seseorang darimana dia berasal. Dialog orang jawa tentunya juga akan berbeda dengan cara dialog orang batak.

6. Latihan Pengamalan

Sebuah teori ataupun pendidikan yang diberikan kepada anak juga harus diberikan contoh dalam pengamalan. Dengan melakukan aktivitas riil maka akan bisa membekas dalam ingatan anak sehingga tidak hanya sekedar retorika belaka yang tidak akan melekat dalam ingatan anak. Banyak contoh-contoh pengamalan sederhana yang bisa berikan. Misalnya tentang sedekah kepada pengemis, mencuci baju sendiri, menengok orang atau teman sakit dan masih banyak lagi contoh yang lain.

7. Lingkungan yang Mendukung

Lingkungan merupakan pembentuk karakter anak yang cukup ampuh. Karakter anak sangat bisa dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Teman bermain adalah magnet yang sangat kuat untuk anak meniru. Oleh karena itu agar anak memiliki karakter yang baik dibutuhkan lingkungan yang baik pula.[10]

Selain itu sekolah juga memiliki peran yang penting sebagai pendidikan formal yang diterima oleh anak, sekolah mengajarkan segala bentuk pendidikan akademik maupun non akademik melalui guru. Disini peran guru bukan sekedar memberikan pelajaran kepada peserta didik. Tapi lebih dari itu guru bertanggung jawab membentuk karakter peserta didik sehingga menjadi generasi yang cerdas, shaleh dan terampil dalam menjalani kehidupannya. 

Apalagi sekarang ini kehadiran guru semakin nyata menggantikan sebagian besar peran orang tua yang notabene adalah pengemban utama amanah Tuhan Yang Maha Esa. Dengan berbagai sebab dan alasan, orang tua telah menyerahkan bulat-bulat tugas dan tanggung jawabnya kepada guru disekolah dengan berbagai keterbatasannya.

Pada prinsipnya pembentukan karakter anak berhasil dan berjalan dengan lancar jika dilakukan secara benar dan menggunakan media yang tepat. Pendidikan karakter dilakukan setidaknya melalui berbagai media, yang diantaranya mencakup keluarga, satuan pendidikan, serta lingkungan yang baik. Dan untuk membantu suksesnya pembentuan karakter anak maka doa merupakan senjata yang ampuh yang wajib digunakan.

Pengirim :
Aslam Ali 

×
Berita Terbaru Update