Notification

×

Iklan

Iklan

Proses Persepsi Diri Mahasiswi Dalam Berbusana Muslimah

Minggu, 15 Desember 2019 | Desember 15, 2019 WIB | 0 Views Last Updated 2023-01-22T09:43:06Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik
Di Indonesia, busana muslimah pertama kali menjadi gaya berpakaian pada era pasca kemerdekaan,banyak anggapan masyarakat menjadikan seragam pesantren tradisional sebagai model busana muslimah. 

Foto : Misro Hanna Harahap (Mahasiswi UIN Imam Bonjol, Padang, Prodi Psikologi Silam)
Sehingga  terkesan busana muslimah saat itu menjadi kampungan, tidak modern, dan membuat busana muslimah tidak populer padahal pada dasarnya Islam tidak mengharuskan hal tersebut terjadi. Selain itu di perusahaan dan organisasi pada masa tersebut juga terdapat aturan melarang pegawai, Atau anggota perempuannya menggunakan layaknya muslimah sejati yang serba tertutup dari rambut hingga ke ujung kaki.

Selanjutnya, mulai tahun 2006 pemerintah khususnya dinas pendidikan memberlakukan kebijakan bagi para guru dan siswi untuk menggunakan seragam secara muslimah menggunakan baju berlengan panjang, rok panjang dan menggunakan jilbab pada tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, hingga sekolah menengah atas di indonesia. 

Dan perkembangan busana muslimah semakin berkembang di tahun 2013 kebijakan mengenai pemakaian atribut muslim di lingkungan kantor pemerintah dan di lingkungan kantor aparat sebagai wujud mulai lunaknya pemerintah.

Pada tahun 2013 juga telah banyak kegiatan bertemakan busana muslimah di Indoneesia seperti seminar mengenai busana muslimah, pameran busana, munculnya para perancang busana pada bidang busana untuk kegiatan fashion show. Munculnya para perancang busana pada bidang busana untuk kegiatan fashion show  tersebut menunjukkan besarnya perhatian terhadap perkembangan busana muslimah.

Perkembangan gaya berpakaian muslimah melalui kegiatan bertemakan busana muslimah tersebut sangat berpengaruh terutama terhadap tred fashion remaja zaman sekarang. Seperti yang kita ketahui, artis-artis yang menjadi panutan dari perempuan-perempuan indonesia telah banyak yang hijrah untuk menggunakan busana muslimah.

Sebelum mengkaji lebih dalam hendaknya kita mengetahui apa itu persepsi. Menurut Mulyana (2005: 167-168), persepsi merupakan proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut yang mempengaruhi kita. Sedangkan menurut Walgito (2004: 124) persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan disini merupakan suatu proses diterima dari stimulus oleh individu melalui alat penerimanya. 

Proses terbentuknya persepsi berbusana muslimah oleh mahasiswi meliputi Fisiologis dan Psikologis. Faktor fisiologis menurut (Robbin, 2004:166) merupakan faktor yang menyebabkan seseorang di stimuli oleh orang lain dengan apa yang terjadi diluar dirinya melalui penginderaan seperti mata, kulit, lidah, telinga dan hidung, tidak semua memiliki kekutan penginderaan yang sama. Apa yang terjadi di luar diri seseorang tersebut dapat disebabkan oleh orang lain yang menjadi panutan dalam mengambil sikap untuk memaknai sebuah persepsi. 

Faktor psikologis berhubungan dengan seseorang menjadi inspirasi dari informan dalam berbusana muslimah. Itu biasanya merupakan orang dekat yang sering melakukan kontak melalui panca indera. Salah satunya ayah atau ibu yang islami, karena selalu memproteksi anak perempuannya termasuk dalam berbusana. Selain itu juga ada abang atau kakak kandung sebagai inspirasi berbusana muslimah. 

Hal ini dikarenakan komunikasi yang sering terjadi dan kontak melalui panca indera dan mereka lebih memperhatikan penampilan informan dengan alasan untuk menjaga aurat sebagai seorang muslimah. Selain itu, juga ada sahabat sebagai  sosok inspiratif dalam berbusana muslimah. Faktor internal kedua adalah psikologis. 

Faktor psikologis merupakan salah satu faktor internal proses terbentuknya persepsi diri. Faktor psikologis menyebabkan seseorang di stimulus dengan apa yang terjadi di dalam diri sendiri karena sebuah peristiwa yang pernah di alaminya. Faktor tersebut bisa berupa motivasi dan pengalaman belajar masa lalu. []

Pengirim : 
Misro Hanna Harahap
Mahasiswi UIN Imam Bonjol, Padang, Prodi Psikologi Islam
Email : merydarni46@gmail.com

×
Berita Terbaru Update