Notification

×

Iklan

Iklan

Pengaruh Murottal Al-Quran Terhadap Working Remaja

Rabu, 11 Desember 2019 | Desember 11, 2019 WIB | 0 Views Last Updated 2019-12-11T10:13:44Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik
Masa remaja merupakan suatu periode transisi dalam rentang keidupan manusia, yang menjembatani masa kanak-kanak dengan dewasa. Awal masa remaja biasanya berlangsung mulai dari 13 tahun sampai dengan 16 dan 17 tahun (Hurlock, 1980). Pada masa remaja kapasitas dan kecepatan pemrosesan terus mengalami peningkatan, mereka secara bertahap mengembangkan potensinya untuk mengelola dan menyebarkan sumber daya kognitifnya.

Foto : Ilustrasi
Al-Quran merupakan pedoman dan hidup dan sumber utama ajaran bagi setiap muslim, guna  memahami ajaran islam secara menyeluruh dan sempurna, yakni dengan memahami makna yang terkandung dalam Al-Quran dan menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten dan sungguh-sungguh.

Murottal Al-Quran merupakan rekaman pembacaan Al-Quran yang dilagukan oleh seorang pembaca Al- Quran (qori’) (Heru dalam Siswantinah, 2011). 

Memori/ingatan merupakan proses menyimpan atau mempertahankan informasi yang diterima sepanjang waktu (Matlin, 2005).

Working memory menurut Baddeley merupakan suatu sitim memori aktif yang bertanggung jawab pada penahanan sementara, pemrosesan dan memanipulasi  informasi secara bersamaan selama menyelesaikan serangkaian tugas kognitif yang kompleks, seperti bahasa, pemahaman, proses belajar dan penalaran (Dehn,2008).

Pada masa remaja fungsi kognitif sedang berada pada fase perkembangan dan perubahan yang progresif (Papalia, 2007). 

Hal ini karena kapasitas  dan kecepatan pemrosesan  remaja terus  mengalami peningkatan, dan secara bertahap mengembangkan potensinya untuk mengelola dan  menyebarkan sumber daya kognitifnya (Kuhn & Franskin dalam Santrock,2007). 

Selama proses belajar disekolah para remaja diharapkan mampu mengikuti dan memahami pelajaran yang diberikan. Berdasarkan perspektif kognitif, komponen esensial dari belajar ini adalah pengorganisasian informasi yang akan di pelajari, pengetahuan sebelumnya yang telah dikuasai, dan proses yang melibatkan pemahaman, pengertian serta penyimpanan dan pengambilan kembali informasi.

Oleh karena itu, working memory sangat erat kaitanya dengan proses belajar  dan dibutuhkan kapanpun selama proses belajar itu berlangsung, karena selama proses belajar siswa akan membutuhkan pemanipulasian informasi,  pengambilan informasi yang tersimoan dalam Long-Tearn Memory, dan penyimpanan sementara serta pemprosesan informasi (Dehn, 2008). 

Siswa yang memiliki kapasitas working memory rendah dimasa kanak-kanak akan tertinggal dengan teman sebayanya walaupun kapasitas working memory ini bertambah seiring usia, akan tetapi mereka tetap tidak bisa melampaui orang lain dengan kapasitas working memory yang lebih tinggi sedari masa kanak-kanak tersebut. Sehihgga hal ini akan turut menghambat proses belajar para siswa itu sendiri.

Salah satu strategi dalam meningkatkan penforma working memory adalah dengan stimulus suara  seperti, musik. Musik memiliki efek  terapeutik terhadap pikiran serta tubuh manusia. Efek suara mampu menpengaruhi keseluruhan fungsi  fisiologis tubuh pada basis aktivasi korteks sensori dengan aktivasi sensori sekunder yang lebih menyebar didalam neokoteks dan berlanjut dalam sistim linbik, hypothalamus, dan sisitim saraf otoom. Salah satu terapi music yaitu perangsang audiotori ( audiotory stimulation), yang merupakan pemberian perangsangan berupa suara pada pendengaran (Oken, 2004).  

Demikian pula dengan pembacaan/murottal A-l Quran yang outputnya berupa suara. Mohammad Daulah mengungkapkan bahwa suara memberikan pengaruh yang kuat dalam merestorasi  keseimbangan tubuh, sel-sel tubuh juga dipengaruhi oleh bermacam macam gelombang seperti gelombang sinar, gelombang radio, gelombang suara dan lain-lain. 

Frekuensi aliran listrik dari suara bacaan Al-Quran (murottal) secara tartil/perlahan ini mampu membuat otak mengubah frekuensi gelombang otak, ketika Al- Quran dibacakan. Impuls atau rangsangan suara akan diterima oleh daun telinga pendengarnya (Nur, 2012).

Adapun cara kerja (fisiologis) pendengaran merupakan proses dimana telingan menerima gelombang suara, membedakan frekuensi, dan mengirim informasi ke susunan saraf pusat. Setiap bunyi yang dihasilkan dari sumber bunyi atau getaran udara akan diterima oleh telinga., dimana getaran tersebut akan diubah menjadi impuls mekanik (di telinga tengah), yang selanjutnya diubah menjadi impuls elektrik (di telinga dalam), yang akan diteruskan melalui saraf pendengaran menuju ke korteks pendengaran di otak. 

Getaran suara dari bacaan Al-Quran  tersebut akan ditangkap oleh daun telinga yang kemudian dialihkan ke lunba telinga dan mengenai membrane timpani (membrane yang ada di dalam telinga) sehingga membuatnya bergetar. 

Getaran ini selanjutnya di teruskan ke tulang-tulang pendengaran yang saling bertautan satu sama lain. Rangsangan fisik sebelumnya  diubah oleh adanya perubahan ion kalium  dan ion natrium menjadi aliran listrik yang yang diteruskan melalui saraf N.VII (vestibule cokhlearis) menuju ke otak, lebih tepatnya di area pendengaran yang yang bertanggung jawab dalam menganalisa suara yang kompleks, ingatan jangka panjang, pendengaran yang serius, perbandingan nada, dan sebagainya. 

Selanjutnya sinyal bacaan Al-Quran akan diteruskan ke bagian posterotemporalis lobus temporalis otak yang dikenal dengan area Wernicke. Area ini bertugas menginterprestasikan menafsirkan atau memberi kesan bahasa dan erat kaitanya dengan area pendengaran primer dan sekunder. Kemudian sinyal-sinyal dari murottal Al-Quran di area wernicle dikirim ke area asosiasi prefontal. 

Selain dilontarkan ke korteks auditorik primer sinyal dari thalamus, juga dilantarkan ke amgidala juga menerima sinyal dari semua bagian kortrks  limbic (emosi/prilaku,) seperti juga neokorteks lobus temporal, pariental, dan oksipital terutama dari area asosiasi auditorik an asosiasi visual.

Berdasarkan analisa alat Electroencephalograph (EEG), sebelum diperdengarkan  ayat-ayat Al-Quran terlihat reaksi gelombang otak seseorang berada pada frekuensi beta dan mengalami perubahan gelombang otak menjadi frekuensi alpha saat diperdengarkan murottal Alquran yang membuat partisipan berada pada kondisi relaksasi dan memberikan efek ketenangan.  

Para peneliti menemukan  bahwa saat seseorang berada pada frekuensi gelombang otak yang lebih rendah (seperti alpha dan theta), maka akan memproduksi neurotransmiliter serotonim di otak, yang berperan penting dalam meningkatkan kemampuan mengingat, kreativitas dan kemampuan belajar. 

Seretonim berperan penting dalam berbagai fungsi otak, seperti suasana hati, emosi, atensi, pembelajaran dan memori, hal ini karena jalur neuron serotonergic menginversi berbagai daerah pada sistem saraf pusat, seperti sereblum, neokorteks, thalamus, sistim limbic, medula oblongata, serta medulla spinalis.

Aktivitas keagamaan dan spritualis, salah satunya seperti mendengarkan murottal Al-Quran  juga mampu mengurangi  pelepasan hormone norepinephrine dan kartisol, dan memiliki efek psikologis seperti menurunnya tekanan darah, detak jantung, asupan oksigen ke otak meningkat, dan nantinya akan berdampak juga  pada pemrosesan informasi.  

Efek psikologis dan fisiologis ini yang memberikan efek relaksasi dan ketenangan bagi pendengarnya, sehingga mampu mengoptimalkan performa executive working memory. Akhcraf dan Krick (2003) menekankan akan pentingnya executive working memory yang merupakan salah satu aspek working memory yang fungsinya dioengaruhi oleh kecemasan. 

Hal ini sudah jelas, rasa cemas turut mempengaruhi perhatian dan working memory. Dan ini dapat diatasi dengan kondisi relaksasi. Ketika seseorang diperdengarkan murottal Al-Quran, mereka berada pada frekuensi gelombang otak alpha, dank arena frekuensi alpha ini (9-13 Hz) berhubungan dengan kondisi tubuh dan pikitan yang rileks atau relaksasi, seseorang yang berada pada kondisi ini akan mengalami penurunan tekanan darah, detak jantung, san seluruh tubuhnya akan merasakan ketenangan, kemudian hal ini akan meningkatkan kadar oksigen di dalam otak, serta  memaksimalkan aliran darah ke korteks. 

Oleh sebab itu kondisi relaksasi ini akan mampu meningkatkan kemampuan kemampuan superlearning seseorang. Seseorang akan lebih mudah dalam mempelajari informasi baru, keterampilan baru, bahasa, mengingat dan menyimpan informasi tanpa harus mengeluarkan banyak usaha. 

Disamping itu, relaksasi juga mampu  meningkatkan kapasitas working memory dan meningkatkan fungsinya dengan membantu seseorang untuk menghindari sumber kecemasan dan stimuli lingkungan yang menganggu serta focus pada tugas yang sedang dikerjakan., juga memperluas lingkup atensi/perhatian, serta meningkatkan konsentrasi. Sejalan yang dikemukakan Hudzetz bahwa peforma working memory dan keakrusian  dalam memroses informasi seseorang akan meningkat secara signifikan dengan kondisi relaksasi (Mueller, 2001). []

Pengirim : 
Ulfarizka ilma
Mahasiswi UIN Imam Bonjol Padang, Prodi  Psikologi Islam
Email : ulfarizka123@gmail.com

×
Berita Terbaru Update