Notification

×

Iklan

Iklan

Pengaruh Bermain Game Terhadap Perkembangan Kognitif Anak

Kamis, 12 Desember 2019 | Desember 12, 2019 WIB | 0 Views Last Updated 2019-12-16T05:06:59Z
abati parfum | Parfum Arab Terbaik
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition ialah perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan (Khadijah, 2016). Sementara di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kognitif diartikan sebagai sesuatu hal yang berhubungan dengan melibatkan kognisi berdasarkan kepada pengetahuan faktual yang empiris. Menurut Gunarti dkk (2010), kognitif dapat diartikan kemampuan verbal, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan untuk beradaptasi dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari.

Foto : Ilustrasi
Game adalah kata yang berasal dari bahasa inggris yang berarti permainan, pertandingan atau biasa diartikan sebagai aktifitas terstruktur yang biasanya dilakukan untuk bersenang-senang. Game atau permainan adalah sesuatu yang dapat dimainkan dengan aturan tertentu sehingga ada yang menang dan ada yang kalah, biasanya dalam konteks tidak serius dengan tujuan refreshing. Bermain game merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh anak-anak untuk mengisi waktu luang. Bermain game bisa meningkatkan kecerdasan kognitif seperti kemampuan menghitung, kemampuan mengenal bentuk-bentuk benda.

Menurut Piaget ada 4 tahap perkembangan kognitif anak yaitu:

  1. Tahap pertama periode sensorimotor (usia 0-2 tahun) dengan fase interkoordinasi progresif dari skema menjadi lebih kompleks dan terintegrasi.
  2. Tahap kedua periode pra-operasional (usia 2-7 tahun) perilaku anak berubah dari dependensi tindakan menuju pemanfaatan representasi mental dalam tindakan-tindakannya yaitu berpikir.
  3. Tahap ketiga periode operasional konkret (usia 7-11 tahun) adalah tahap penyempurnaan tiga ranah penting dalam pertumbuhan intelektual, yaitu konservasi, klasifikasi, dan transitivitas.
  4. Tahap keempat periode operasional-formal (masa remaja dan dewasa) ditandai dengan kemampuan anak untuk memformulasikan hipotesis dengan mengujinya terhadap realitas. (Solso, 2008)
Zaman dahulu anak-anak memainkan permainan yang bersifat sosial yang dilakukan bersama-sama di luar rumah seperti main karet, main kelereng, main petak umpet dan lain-lain. Permainan zaman dahulu membuat anak banyak berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan diluar rumah. Selain anak senang karena bermain,  anak juga mendapatkan teman dan mudah berinteraksi dengan orang lain. Di zaman yang teknologinya semakin maju, tidak heran apabila semua kalangan menggunakan teknologi. Bahkan anak-anak lebih memahami cara menggunakan gadget atau handphone dibandingkan orang dewasa.

Anak-anak yang melihat orang tuanya yang sibuk dengan gadgetnya juga akan selalu melihat gadget yang digunakan oleh orang tuanya. Bahkan orang tua yang memberikan gadget kepada anak supaya anak tidak rewel dan bisa bermain game, hal tersebut tidak menjadi masalah, yang menjadi masalah adalah jika anak-anak kecanduan bermain game sehingga membuat anak tersebut susah lepas dari gadget, hanya mau bermain dengan gadget dan tidak mau bermain diluar rumah dengan orang lain.
Bermain game memiliki dampak positif dan negative bagi anak. Dampak positif bermain game yaitu melatih kemampuan berbahasa, melatih logika, melatih kemampuan spasial, meningkatkan kemampuan membaca anak, melatih stimulasi otak anak.

Namun anak yang bermain game secara berlebihan  atau terus-menerus akan menimbulkan dampak negative bermain game yaitu Anak menjadi malas belajar, pretasi belajar anak menurun, bahaya radiasi dari perangkat elektronik, berbahaya bagi mata anak, berpotensi membuat anak menjadi sosok yang individualis.

Jika anak sudah kecanduan bermain game maka akan berbahaya bagi kesehatan anak, seperti sakit mata, kepala pusing dan sebagainya. Tak jarang kita melihat anak-anak yang masih kecil menggunakan kacamata karena efek penggunaan dari gadget yang berlebihan ini. Jadi orangtua harus tau kapan waktu dan berapa lama anak menggunakan gadget dalam sehari, lebih baik anak tidak diajarkan menggunakan gadget sedari kecil, anak bisa belajar  dengan menggunakan buku daripada anak belajar menggunakan gadget karena menggunakan gadget akan berdampak lebih buruk kepada anak.

Orang tua harus sering mengajak anak bermain dan biasakan anak untuk bermain dengan temannya sehingga anak tidak kepikiran terus dengan game. Selain bermain di dalam rumah, orang tua ajak juga anak bermain di luar rumah untuk meningkatkan perkembangan anak. Orang tua juga dapat mempersiapkan fasilitas bermain pada anak seperti mewarnai, bermain angka, menyusun puzzle sehingga anak akan lebih berfokus ke permainan yang dapat dimainkan secara langsung, dan tidak lagi bermain menggunakan gadget. 

Orang tua juga harus damping anak ketika bermain dengan permainannya sehingga anak tidak bosan dengan permainannya dan kita bisa melihat bagaimana perkembangan kognitif anak berkembang dengan memainkan permainannya tersebut.

Pengirim : 
Deena Syawalla Irzal
Mahasiswa Semester 3 Jurusan Psikologi Islam UIN Imam Bonjol Padang, Sumatera Barat
Email : deenasyawalla00@gmail.com


×
Berita Terbaru Update