TamiangNews.com, KUALA LUMPUR -- Pendiri layanan Big Blue Taxi, Shamsubahrin Ismail, meminta maaf kepada Gojek dan semua pengemudi Indonesia, setelah ia menyebut negara dan penduduk Indonesia miskin.
Bos perusahaan taksi yang berbasis di Malaysia itu mengatakan bahwa ia telah menerima banyak pesan dari orang Indonesia di akun media sosialnya atas komentarnya tersebut.
"Saya berharap tidak ada demonstrasi, dalam kepentingan dan hubungan antara kedua negara," katanya dalam konferensi pers, Rabu (28/8/2019).
"Saya tidak punya niat untuk menghina orang Indonesia. Baik Indonesia maupun rakyatnya ada di hati saya," ujarnya, dikutip The Star.
Gara-gara komentarnya para driver Gojek mengancam akan berdemonstrasi di Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta pada 3 September 2019. Demo akan dilakukan jika bos taksi itu tidak meminta maaf atas komentarnya.
Dalam komentar kontroversialnya, dia menggambarkan Gojek sebagai layanan yang hanya untuk orang miskin seperti di Jakarta, Thailand, India dan Kamboja. Komentar itu direkam dan videonya beredar di Indonesia baru-baru ini.
Shamsubahrin mengklaim bahwa dia hanya membuat pernyataan berdasarkan laporan media yang dia baca tentang kemiskinan di Indonesia.
"Pernyataan saya didasarkan pada laporan. Jika mereka pikir saya salah, saya menerimanya," katanya, seraya menambahkan bahwa ia memiliki banyak teman di Indonesia.
Menteri Pemuda dan Olahraga Syed Saddiq Syed Abdul Rahman baru-baru ini mengatakan bahwa Kabinet dengan suara bulat setuju untuk mengizinkan layanan e-hailing taksi sepeda motor atau ojek, meskipun layanan itu sebelumnya dilarang karena masalah keamanan.
Larangan itu muncul ketika Dego Ride milik Malaysia sendiri menawarkan layanan tersebut.
Shamsubahrin juga mendesak pemerintah untuk tidak membuat kebijakan berdasarkan politik. Ia mengatakan bahwa keputusan untuk menyetujui Gojek didasarkan pada politik.
Gojek didirikan pada 2010 oleh Nadiem Makarim, 35, asal Indonesia, yang saat ini adalah CEO start-up jaringan transportasi dan logistik yang menawarkan berbagai layanan mulai dari naik kendaraan hingga pengiriman, serta fintech.
Nadiem pekan lalu bertemu dengan Perdana Menteri Mahathir Mohamad dan Menteri Transportasi Anthony Loke.
Loke mengatakan minggu lalu bahwa Kementerian Transportasi memiliki satu bulan untuk mempresentasikan makalah kepada Kabinet mengenai mekanisme memperkenalkan layanan e-hailing berbasis sepeda motor di negara tersebut.
Pada tahun 2018, Gojek mencatat lebih dari USD9 miliar dalam nilai transaksi bruto (GTV) di semua negara yang beroperasi, menjadikannya kelompok teknologi konsumen terbesar di Asia Tenggara berdasarkan GTV.
Gojek juga beroperasi di Singapura, Filipina, Thailand (dikenal sebagai GET) dan Vietnam (GoViet). [] SINDONEWS
Foto : Sindonews |
"Saya berharap tidak ada demonstrasi, dalam kepentingan dan hubungan antara kedua negara," katanya dalam konferensi pers, Rabu (28/8/2019).
"Saya tidak punya niat untuk menghina orang Indonesia. Baik Indonesia maupun rakyatnya ada di hati saya," ujarnya, dikutip The Star.
Gara-gara komentarnya para driver Gojek mengancam akan berdemonstrasi di Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta pada 3 September 2019. Demo akan dilakukan jika bos taksi itu tidak meminta maaf atas komentarnya.
Dalam komentar kontroversialnya, dia menggambarkan Gojek sebagai layanan yang hanya untuk orang miskin seperti di Jakarta, Thailand, India dan Kamboja. Komentar itu direkam dan videonya beredar di Indonesia baru-baru ini.
Shamsubahrin mengklaim bahwa dia hanya membuat pernyataan berdasarkan laporan media yang dia baca tentang kemiskinan di Indonesia.
"Pernyataan saya didasarkan pada laporan. Jika mereka pikir saya salah, saya menerimanya," katanya, seraya menambahkan bahwa ia memiliki banyak teman di Indonesia.
Menteri Pemuda dan Olahraga Syed Saddiq Syed Abdul Rahman baru-baru ini mengatakan bahwa Kabinet dengan suara bulat setuju untuk mengizinkan layanan e-hailing taksi sepeda motor atau ojek, meskipun layanan itu sebelumnya dilarang karena masalah keamanan.
Larangan itu muncul ketika Dego Ride milik Malaysia sendiri menawarkan layanan tersebut.
Shamsubahrin juga mendesak pemerintah untuk tidak membuat kebijakan berdasarkan politik. Ia mengatakan bahwa keputusan untuk menyetujui Gojek didasarkan pada politik.
Gojek didirikan pada 2010 oleh Nadiem Makarim, 35, asal Indonesia, yang saat ini adalah CEO start-up jaringan transportasi dan logistik yang menawarkan berbagai layanan mulai dari naik kendaraan hingga pengiriman, serta fintech.
Nadiem pekan lalu bertemu dengan Perdana Menteri Mahathir Mohamad dan Menteri Transportasi Anthony Loke.
Loke mengatakan minggu lalu bahwa Kementerian Transportasi memiliki satu bulan untuk mempresentasikan makalah kepada Kabinet mengenai mekanisme memperkenalkan layanan e-hailing berbasis sepeda motor di negara tersebut.
Pada tahun 2018, Gojek mencatat lebih dari USD9 miliar dalam nilai transaksi bruto (GTV) di semua negara yang beroperasi, menjadikannya kelompok teknologi konsumen terbesar di Asia Tenggara berdasarkan GTV.
Gojek juga beroperasi di Singapura, Filipina, Thailand (dikenal sebagai GET) dan Vietnam (GoViet). [] SINDONEWS