Warga Serbia menggelar demonstrasi memprotes Presiden mereka, Aleksandar Vucic dan partai Progresif Serbia yang berkuasa. Mereka menuntut kebebasan media dan penghentian serangan terhadap junalis serta oposisi.
TamiangNews.com, JAKARTA -- Dilansir dari Reuters, Minggu (30/12/2018), demonstrasi itu digelar di kota Beograd pada Sabtu waktu setempat dan disebut diikuti ribuan orang.
Mereka berbaris di jalanan sambil meneriakkan 'Vucic pencuri'. Aksi ini disebut merupakan yang keempat kali dalam beberapa pekan terakhir.
Para pendukung Aliansi untuk Serbia, kelompok oposisi dari 30 partai dan organisasi, mengatakan Vucic adalah autokrat (diktator) dan partainya korup. Tudingan itu pun dibantah keras oleh para pemimpin partai berkuasa.
Dalam sebuah wawancara dengan Studio B TV yang propemerintah selama protes, Vucic mengatakan dia siap untuk membahas tuntutan oposisi. "Saya siap untuk melihat apa yang menyebabkan perbedaan pendapat dari orang-orang," katanya.
Vucic sebelumnya menyarankan dia bersedia untuk menguji popularitas partainya dalam pemungutan suara cepat. Namun, rencana itu ditentang oleh salah satu mantan Menteri Luar Negeri, Vuk Jeremic yang memimpin Partai Rakyat kecil sebagai bagian dari aliansi dan mengatakan oposisi akan memboikot pemilihan umum.
"Tidak akan ada pemilihan yang sah di Serbia dengan partisipasi oposisi sampai setelah kondisi normal untuk pemilihan dan kehidupan tercipta," kata Jeremic.
Menurut sebuah jajak pendapat oleh pengawas pemilihan CESID yang berbasis di Beograd pada Oktober, partainya Vucic menikmati dukungan 53,3 persen pemilih sementara partai-partai lain tertinggal jauh di belakang. Jika oposisi berjalan sebagai aliansi, bukan partai-partai individual, mereka dapat mengandalkan sekitar 15 persen suara.
Partisipasi bersama mereka dalam pemungutan suara belum disetujui dan sejauh ini mereka hanya bersatu dalam permusuhan mereka dengan Vucic dan partainya. Koalisi yang dipimpin SNS memiliki mayoritas 160 deputi di parlemen yang memiliki 250 kursi. Pemilihan nasional berikutnya akan digelar tahun 2020. [] DETIK.COM
TamiangNews.com, JAKARTA -- Dilansir dari Reuters, Minggu (30/12/2018), demonstrasi itu digelar di kota Beograd pada Sabtu waktu setempat dan disebut diikuti ribuan orang.
Foto : Detik.com |
Para pendukung Aliansi untuk Serbia, kelompok oposisi dari 30 partai dan organisasi, mengatakan Vucic adalah autokrat (diktator) dan partainya korup. Tudingan itu pun dibantah keras oleh para pemimpin partai berkuasa.
Dalam sebuah wawancara dengan Studio B TV yang propemerintah selama protes, Vucic mengatakan dia siap untuk membahas tuntutan oposisi. "Saya siap untuk melihat apa yang menyebabkan perbedaan pendapat dari orang-orang," katanya.
Vucic sebelumnya menyarankan dia bersedia untuk menguji popularitas partainya dalam pemungutan suara cepat. Namun, rencana itu ditentang oleh salah satu mantan Menteri Luar Negeri, Vuk Jeremic yang memimpin Partai Rakyat kecil sebagai bagian dari aliansi dan mengatakan oposisi akan memboikot pemilihan umum.
"Tidak akan ada pemilihan yang sah di Serbia dengan partisipasi oposisi sampai setelah kondisi normal untuk pemilihan dan kehidupan tercipta," kata Jeremic.
Menurut sebuah jajak pendapat oleh pengawas pemilihan CESID yang berbasis di Beograd pada Oktober, partainya Vucic menikmati dukungan 53,3 persen pemilih sementara partai-partai lain tertinggal jauh di belakang. Jika oposisi berjalan sebagai aliansi, bukan partai-partai individual, mereka dapat mengandalkan sekitar 15 persen suara.
Partisipasi bersama mereka dalam pemungutan suara belum disetujui dan sejauh ini mereka hanya bersatu dalam permusuhan mereka dengan Vucic dan partainya. Koalisi yang dipimpin SNS memiliki mayoritas 160 deputi di parlemen yang memiliki 250 kursi. Pemilihan nasional berikutnya akan digelar tahun 2020. [] DETIK.COM