Oleh : Ichsan Nurdin S
Sepanjang jalan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang memiliki banyak ruas jalan dan masing masing jalan diberikan nama pahlawan Nasional diantaranya terdapat jalan Cut Nyak Dien, Teuku Umar, Panglima Polem maupun pahlawan Revolusi seperti Jalan Jendral Ahmad Yani, Mayor Jendral Suprapto, KS. Tubun dan sebagainya.
Namun ada dua nama jalan di dalam kota Kuala Simpang terletak di depan mesjid raya Al Furqan dan dipisahi oleh sebuah gedung yang dikenal dengan gedung pusat perbelanjaan Kualasimpang terdapat dua nama jalan yaitu jalan Nyak Umar dan jalan M. Dahlan. Kedua nama jalan ini ditabalkan pada saat telah berdirinya gedung pusat perbelanjaan diawal tahun 1980 an yang dahulunya menjadi Pasar Los B kota Kuala Simpang. Kedua nama ini pernah menjadi misteri perihal siapa dan kenapa diabadikan menjadi nama jalan kota Kuala Simpang dan hanya sedikit orang yang mengetahui kedua nama bersangkutan dan apa hal yang menyebabkan keduanya menjadi nama jalan kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang.
Nyak Oemar (Jalan Nyak Umar)
Pada tanggal 14 Desember 1945 datang seorang bekas Intel polisi Jepang dari Tangkalan Durian (Pangkalan Berandan) ke Kuala Simpang bersama sebuah Truck Nissan militer Jepang, melaporkan ke Markas Barisan Pemuda Indonesia (B P I) wilayah Tamiang bahwa terjadi perampasan Truck militer Jepang oleh orang yang tidak dikenal di Tangkalan Durian dan mengikat dua orang militer Jepang pada sebatang pohon kayu, kemudian melarikan Truck militer Jepang tersebut ke arah Kuala Simpang.
Selanjutnya Intel Polisi Jepang itu juga melaporkan bahwa markas Barisan Pemuda Indonesia di Besitang telah diserang oleh tentara Jepang disana. Berdasarkan laporan-laporan yang diterima Laskar Rakyat Tamiang maka merekapun bersiap sedia memberikan bantuan kepada pemuda-pemuda di Besitang yang sedang mengadakan perlawanan dengan tentara Jepang yang bermarkas di Besitang (Gudang Stasiun Kereta Api). Maka berangkat pada hari itu juga rombongan pemuda berjumlah sekitar + 300 orang dengan kekuatan senjata seadanya ke Besitang Bukit Kubu yang terletak disebelah utara wilayah Tamiang sekitar +30 Km dari Kuala Simpang dibawah pimpinan Sdr. Syafi’i Syarif Melayu secara sembunyi-sembunyi mengingat beberapa tempat di wilayah Tamiang masih menjadi patroli rutin milter Jepang.
1. Pasukan sayap kiri penyerbuan dipimpin oleh Sdr. Nandung Lubis,
2. Pasukan sayap tengah penyerbuan dipimpin oleh Sdr. Buyung Berlin,
3. Sedangkan Tengku Hasan Geudong memimpin sayap kanan penyerbuan.
Setelah mendapatkan aba-aba penyerbuan dari pimpinan pasukan dengan mengawali pekikan Allah Akbar yang menggema di tengah medan pertempuran, penyerbuan secara serentak dimulai dengan penuh semangat. Rentetan suara tembakan terdengar dimana dalam kancah medan pertempuran. Mendapat serangan dadakan militer Jepang membalas serangan dengan beberapa kali terdengar tembakan senjata otomatis dan sekali-kali mereka menghujani dengan senjata-senjata berat dan mortir ke arah pasukan sayap tengah pasukan laskar rakyat Tamiang. Militer Jepang mulai terdesak oleh serangan Laskar Rakyat Tamiang yang seretak dan berstrategi namun Militer Jepang mengontak markas militer Jepang di Pangkalan Berandan meminta bantuan penambahan pasukan sehingga kekuatan militer Jepang menjadi bertambah dan kuat.
Pertempuran berjalan begitu sangit dan hebat walaupun sudah menjadi tidak seimbang, hingga akhirnya pimpinan pasukan dari Divisi Rencong Sdr. Kapten Nyak Oemar penyerangan sayap tengah tertembus peluru militer Jepang, namun dalam keadaan terluka demikian beliau dengan semangat yang berkobar dan rasa tanggung jawabnya kepada pasukannya masih sempat memberikan aba aba terakhir kepada Sdr. Mohd. Nurdin Saleh untuk mundur mengatur strategi penyerangan hingga beliaupun tewas ditengah medan pertempuran. Pada tanggal 15 Desember 1945 menjelang pukul 10.00 Wib Palang Merah yang dipimpin Sdr. Consten Siregar mengevakuasi mayat Sdr. Kapten Nyak Oemar korban pertempuran di Bukit Kubu Besitang yang jenazahnya ditemukan di hilir sungai Bukit Kubu Besitang dan dibawa ke Tamiang untuk dimakamkan.
Dan Untuk mengenang peristiwa kegigihan Laskar Rakyat Tamiang dalam membela Proklamasi Kemerdekaan RI maka kapten Nyak Umar sebagai salah seorang yang gugur dalam pertempuran itu di tetapkan menjadi salah satu nama jalan di dalam kota Kuala Simpang.
Bersambung…….
* Ichsan Nurdin S adalah Penulis Buku sejarah “Laskar Rakyat Tamiang dalam Membela Proklamasi Kemerdekaan RI di Wilayah Tamiang Tahun 1945 s.d. 1950”
Sepanjang jalan Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang memiliki banyak ruas jalan dan masing masing jalan diberikan nama pahlawan Nasional diantaranya terdapat jalan Cut Nyak Dien, Teuku Umar, Panglima Polem maupun pahlawan Revolusi seperti Jalan Jendral Ahmad Yani, Mayor Jendral Suprapto, KS. Tubun dan sebagainya.
Namun ada dua nama jalan di dalam kota Kuala Simpang terletak di depan mesjid raya Al Furqan dan dipisahi oleh sebuah gedung yang dikenal dengan gedung pusat perbelanjaan Kualasimpang terdapat dua nama jalan yaitu jalan Nyak Umar dan jalan M. Dahlan. Kedua nama jalan ini ditabalkan pada saat telah berdirinya gedung pusat perbelanjaan diawal tahun 1980 an yang dahulunya menjadi Pasar Los B kota Kuala Simpang. Kedua nama ini pernah menjadi misteri perihal siapa dan kenapa diabadikan menjadi nama jalan kota Kuala Simpang dan hanya sedikit orang yang mengetahui kedua nama bersangkutan dan apa hal yang menyebabkan keduanya menjadi nama jalan kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang.
Nyak Oemar (Jalan Nyak Umar)
Pada tanggal 14 Desember 1945 datang seorang bekas Intel polisi Jepang dari Tangkalan Durian (Pangkalan Berandan) ke Kuala Simpang bersama sebuah Truck Nissan militer Jepang, melaporkan ke Markas Barisan Pemuda Indonesia (B P I) wilayah Tamiang bahwa terjadi perampasan Truck militer Jepang oleh orang yang tidak dikenal di Tangkalan Durian dan mengikat dua orang militer Jepang pada sebatang pohon kayu, kemudian melarikan Truck militer Jepang tersebut ke arah Kuala Simpang.
Selanjutnya Intel Polisi Jepang itu juga melaporkan bahwa markas Barisan Pemuda Indonesia di Besitang telah diserang oleh tentara Jepang disana. Berdasarkan laporan-laporan yang diterima Laskar Rakyat Tamiang maka merekapun bersiap sedia memberikan bantuan kepada pemuda-pemuda di Besitang yang sedang mengadakan perlawanan dengan tentara Jepang yang bermarkas di Besitang (Gudang Stasiun Kereta Api). Maka berangkat pada hari itu juga rombongan pemuda berjumlah sekitar + 300 orang dengan kekuatan senjata seadanya ke Besitang Bukit Kubu yang terletak disebelah utara wilayah Tamiang sekitar +30 Km dari Kuala Simpang dibawah pimpinan Sdr. Syafi’i Syarif Melayu secara sembunyi-sembunyi mengingat beberapa tempat di wilayah Tamiang masih menjadi patroli rutin milter Jepang.
1. Pasukan sayap kiri penyerbuan dipimpin oleh Sdr. Nandung Lubis,
2. Pasukan sayap tengah penyerbuan dipimpin oleh Sdr. Buyung Berlin,
3. Sedangkan Tengku Hasan Geudong memimpin sayap kanan penyerbuan.
Setelah mendapatkan aba-aba penyerbuan dari pimpinan pasukan dengan mengawali pekikan Allah Akbar yang menggema di tengah medan pertempuran, penyerbuan secara serentak dimulai dengan penuh semangat. Rentetan suara tembakan terdengar dimana dalam kancah medan pertempuran. Mendapat serangan dadakan militer Jepang membalas serangan dengan beberapa kali terdengar tembakan senjata otomatis dan sekali-kali mereka menghujani dengan senjata-senjata berat dan mortir ke arah pasukan sayap tengah pasukan laskar rakyat Tamiang. Militer Jepang mulai terdesak oleh serangan Laskar Rakyat Tamiang yang seretak dan berstrategi namun Militer Jepang mengontak markas militer Jepang di Pangkalan Berandan meminta bantuan penambahan pasukan sehingga kekuatan militer Jepang menjadi bertambah dan kuat.
Pertempuran berjalan begitu sangit dan hebat walaupun sudah menjadi tidak seimbang, hingga akhirnya pimpinan pasukan dari Divisi Rencong Sdr. Kapten Nyak Oemar penyerangan sayap tengah tertembus peluru militer Jepang, namun dalam keadaan terluka demikian beliau dengan semangat yang berkobar dan rasa tanggung jawabnya kepada pasukannya masih sempat memberikan aba aba terakhir kepada Sdr. Mohd. Nurdin Saleh untuk mundur mengatur strategi penyerangan hingga beliaupun tewas ditengah medan pertempuran. Pada tanggal 15 Desember 1945 menjelang pukul 10.00 Wib Palang Merah yang dipimpin Sdr. Consten Siregar mengevakuasi mayat Sdr. Kapten Nyak Oemar korban pertempuran di Bukit Kubu Besitang yang jenazahnya ditemukan di hilir sungai Bukit Kubu Besitang dan dibawa ke Tamiang untuk dimakamkan.
Dan Untuk mengenang peristiwa kegigihan Laskar Rakyat Tamiang dalam membela Proklamasi Kemerdekaan RI maka kapten Nyak Umar sebagai salah seorang yang gugur dalam pertempuran itu di tetapkan menjadi salah satu nama jalan di dalam kota Kuala Simpang.
Bersambung…….
* Ichsan Nurdin S adalah Penulis Buku sejarah “Laskar Rakyat Tamiang dalam Membela Proklamasi Kemerdekaan RI di Wilayah Tamiang Tahun 1945 s.d. 1950”