TamiangNews.com, JAKARTA -- Hasil survei Indonesia Network Election Survey (INES) jelang Pilpres 2019 menyatakan bahwa masyarakat yang menginginkan presiden baru mencapai 67,30 persen.
Hasil survei ini berbeda dengan beberapa lembaga survei selama ini selalu menempatkan Jokowi di posisi teratas dalam bursa capres jelang Pilpres 2019.
”Yang ingin melanjutkan Jokowi 21,30 persen dan sisanya 11,40 persen tidak tahu,” kata peneliti INES Basyunursyah di kawasan Cikini, Jakarta, Minggu (6/5). Tingginya keinginan untuk ganti presiden juga berdampak turunnya elektabilitas Jokowi sebagai petahana.
Menurut hasil survei INES, elektabilitas mantan gubernur DKI Jakarta itu hanya 27,70 persen. Sebaliknya, elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang diprediksi maju sebagai capres melejit jauh ke angka 50,20 persen. ”Gatot Nurmantyo 7,40 persen dan tokoh lainnya 14,70 persen,” imbuhnya.
Nursyah mengatakan, tingginya keinginan untuk lahirnya presiden baru disebabkan rendahnya kepuasan terhadap presiden. Dari berbagai janji yang disampaikan saat Pilpres 2014, mayoritas masyarakat menilai janji tersebut belum terealisasi.
Mulai janji swasembada pangan, menurunkan harga sembako, buyback Indosat, menolak utang, menciptakan lapangan kerja, membangun tol laut, hingga tidak bagi-bagi jabatan. ”Padahal, salah satu alasan responden memilih Jokowi adalah janji-janji kampanyenya,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif INES Oscar Vitriano siap bertanggung jawab dengan hasil survei yang berbeda dengan kebanyakan lembaga survei itu. Dia menegaskan, survei tersebut dilakukan dengan etika dan metode penelitian terukur, bukan pesanan. ”Anggarannya dari lembaga kami,” ujarnya.
Dia juga membantah jika lembaganya disebut tidak kredibel. Dia beralasan, saat pilkada DKI Jakarta lalu, hasil survei INES tepat dan hampir mirip dengan hasil rekapitulasi KPU DKI Jakarta.
Dia menambahkan, anjloknya elektabilitas Jokowi bukan hal yang aneh. Sebab, survei itu merupakan survei terbaru, di mana gerakan ganti presiden sebagai simbol kekecewaan masyarakat sedang gencar. Belum lagi, ada isu tenaga kerja asing (TKA) yang ramai dibicarakan.
Meski demikian, dia mengingatkan bahwa hasil survei tersebut adalah potret hari ini. Karena itu, ke depan, masih mungkin terjadi perubahan, bergantung seberapa jauh kekuatan isu yang dimainkan petahana maupun oposisi sebagai penantang.
Dalam survei tersebut, INES menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error kurang lebih 2,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Survei itu mengambil sampel 2.180 responden dari 408 kabupaten/kota di Indonesia.
Hasil Suvei INES
Elektabilitas Calon Presiden
Jokowi : 27,70 persen
Prabowo Subianto : 50,20 persen
Gatot Nurmantyo : 7,40 persen
Tokoh lainnya : 14,70 persen
Tanggapan atas Isu #2019GantiPresiden
Ingin presiden baru : 67,30 persen
Tetap Jokowi : 21,30 persen
Tidak tahu : 11,40 persen.
[] JPNN.COM
Foto : jpnn.com |
”Yang ingin melanjutkan Jokowi 21,30 persen dan sisanya 11,40 persen tidak tahu,” kata peneliti INES Basyunursyah di kawasan Cikini, Jakarta, Minggu (6/5). Tingginya keinginan untuk ganti presiden juga berdampak turunnya elektabilitas Jokowi sebagai petahana.
Menurut hasil survei INES, elektabilitas mantan gubernur DKI Jakarta itu hanya 27,70 persen. Sebaliknya, elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto yang diprediksi maju sebagai capres melejit jauh ke angka 50,20 persen. ”Gatot Nurmantyo 7,40 persen dan tokoh lainnya 14,70 persen,” imbuhnya.
Nursyah mengatakan, tingginya keinginan untuk lahirnya presiden baru disebabkan rendahnya kepuasan terhadap presiden. Dari berbagai janji yang disampaikan saat Pilpres 2014, mayoritas masyarakat menilai janji tersebut belum terealisasi.
Mulai janji swasembada pangan, menurunkan harga sembako, buyback Indosat, menolak utang, menciptakan lapangan kerja, membangun tol laut, hingga tidak bagi-bagi jabatan. ”Padahal, salah satu alasan responden memilih Jokowi adalah janji-janji kampanyenya,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif INES Oscar Vitriano siap bertanggung jawab dengan hasil survei yang berbeda dengan kebanyakan lembaga survei itu. Dia menegaskan, survei tersebut dilakukan dengan etika dan metode penelitian terukur, bukan pesanan. ”Anggarannya dari lembaga kami,” ujarnya.
Dia juga membantah jika lembaganya disebut tidak kredibel. Dia beralasan, saat pilkada DKI Jakarta lalu, hasil survei INES tepat dan hampir mirip dengan hasil rekapitulasi KPU DKI Jakarta.
Dia menambahkan, anjloknya elektabilitas Jokowi bukan hal yang aneh. Sebab, survei itu merupakan survei terbaru, di mana gerakan ganti presiden sebagai simbol kekecewaan masyarakat sedang gencar. Belum lagi, ada isu tenaga kerja asing (TKA) yang ramai dibicarakan.
Meski demikian, dia mengingatkan bahwa hasil survei tersebut adalah potret hari ini. Karena itu, ke depan, masih mungkin terjadi perubahan, bergantung seberapa jauh kekuatan isu yang dimainkan petahana maupun oposisi sebagai penantang.
Dalam survei tersebut, INES menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error kurang lebih 2,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Survei itu mengambil sampel 2.180 responden dari 408 kabupaten/kota di Indonesia.
Hasil Suvei INES
Elektabilitas Calon Presiden
Jokowi : 27,70 persen
Prabowo Subianto : 50,20 persen
Gatot Nurmantyo : 7,40 persen
Tokoh lainnya : 14,70 persen
Tanggapan atas Isu #2019GantiPresiden
Ingin presiden baru : 67,30 persen
Tetap Jokowi : 21,30 persen
Tidak tahu : 11,40 persen.
[] JPNN.COM