TamiangNews.com, TEKNOLOGI -- Usai penembakan massal di SMA Marjory Stoneman Douglas di Florida, Amerika Serikat, di media sosial banyak beredar konten video berisi teori konspirasi terkait kejadian tragis tersebut.
Salah satunya yang berisi tudingan palsu terhadap seorang pelajar sekolah tersebut, David Hogg, pada Rabu kemarin dilaporkan sempat duduk di peringkat teratas video terpopuler (Trending) di YouTube.
David Hogg adalah seorang saksi peristiwa penembakan di Florida yang banyak tampil di televisi. Namun, di dalam video hoaks yang populer di YouTube itu, dia dituding sebagai “crisis actor”.
Isitilah “crisis actor” kerap digunakan untuk mengacu kepada sosok yang sengaja ditampilkan di media -entah oleh pemerintah ,institusi media itu sendiri, atau kelompok lain- saat terjadi krisis untuk mengangkat isu tertentu.
Dalam kasus Hogg, dia banyak berbicara soal pengetatan aturan kepemilikan senjata api di AS.
Tudingan ini sudah ditampik oleh Hogg lewat wawancara dengan media mainstream. “Saya bukan ‘crisis actor’. Saya tidak bertindak atas nama siapapun,” ujarnya kepada CNN, sebagaimana dirangkum KompasTekno, Kamis (22/2/2018).
Meski begitu, YouTube tetap kebobolan. Video hoax terisi tuduhan konspirasi palsu terhadap Hogg sempat mengumpulkan ratusan ribu view sebelum akhirnya dihapus oleh pihak YouTube.
“Begitu kami menyadari video tersebut, kami langsung menghapusnya dari bagian Trending dan dari YouTube karena melanggar ketentuan,” ujar seorang juru bicara YouTube.
Sulit disaring
Video “trending” di YouTube biasanya berupa video lagu, trailer film, atau klip-klip kejadian lucu.
Dalam sebuah penjelasan mengenai cara kerja sistem ranking Trending, YouTube mengatakan bahwa, syarat video yang bisa masuk daftar terpopuler ini salah satunya adalah tidak bersifat “misleading, click bait, atau mencari sensasi”.
Toh, kejadian pada Rabu kemarin membuktikan bahwa video ngawur sekalipun bisa saja masuk urutan teratas di daftar Trending dan menyebarkan informasi palsu ke publik.
Video kontroversial banyak beredar di YouTube dan sulit disaring karena para pengguna platform video sharing ini mengunggah video-video dengan durasi total lebih dari 400 jam setiap menit. Sangat sulit bagi YouTube untuk memantau setiap konten yang diunggah.
Biasanya, video yang melanggar ketentuan baru dihapus apabila ada pengguna yang menandai (flag) video bersangkutan, atau jika terdeteksi mengandung pelanggaran oleh sistem kecerdasan buatan (AI) YouTube saat sedang diunggah. Begitu ditandai, konten akan diulas oleh tim moderator YouTube.
Untuk kasus video tudingan palsu terhadap Havid Hogg, YouTube salah menilai karena video tersebut menyertakan konten dari sumber berita yang valid. Dalam hal ini potongan-potongan klip dari tayangan berita stasiun TV CBS. “Sistem kami salah mengklasifikasikannya”, ujar seorang juru bicara YouTube.
Pihak YouTube berjanji akan lebih mengutamakan konten dari sumber berita yang valid dalam hasil pencarian video, terutama konten-konten terkait peristiwa breaking news.
“Kami melihat peningkatan, tapi dalam situasi tertentu perubahannya tak cukup cepat,” kata sang juru bicara. Dia menambahkan, YouTube juga telah memperbarui ketentuan harassment sehingga kini ikut mencakup video hoax yang menarget korban tragedi. [] kompas.com
Foto : kompas.com |
David Hogg adalah seorang saksi peristiwa penembakan di Florida yang banyak tampil di televisi. Namun, di dalam video hoaks yang populer di YouTube itu, dia dituding sebagai “crisis actor”.
Isitilah “crisis actor” kerap digunakan untuk mengacu kepada sosok yang sengaja ditampilkan di media -entah oleh pemerintah ,institusi media itu sendiri, atau kelompok lain- saat terjadi krisis untuk mengangkat isu tertentu.
Dalam kasus Hogg, dia banyak berbicara soal pengetatan aturan kepemilikan senjata api di AS.
Tudingan ini sudah ditampik oleh Hogg lewat wawancara dengan media mainstream. “Saya bukan ‘crisis actor’. Saya tidak bertindak atas nama siapapun,” ujarnya kepada CNN, sebagaimana dirangkum KompasTekno, Kamis (22/2/2018).
Meski begitu, YouTube tetap kebobolan. Video hoax terisi tuduhan konspirasi palsu terhadap Hogg sempat mengumpulkan ratusan ribu view sebelum akhirnya dihapus oleh pihak YouTube.
“Begitu kami menyadari video tersebut, kami langsung menghapusnya dari bagian Trending dan dari YouTube karena melanggar ketentuan,” ujar seorang juru bicara YouTube.
Sulit disaring
Video “trending” di YouTube biasanya berupa video lagu, trailer film, atau klip-klip kejadian lucu.
Dalam sebuah penjelasan mengenai cara kerja sistem ranking Trending, YouTube mengatakan bahwa, syarat video yang bisa masuk daftar terpopuler ini salah satunya adalah tidak bersifat “misleading, click bait, atau mencari sensasi”.
Toh, kejadian pada Rabu kemarin membuktikan bahwa video ngawur sekalipun bisa saja masuk urutan teratas di daftar Trending dan menyebarkan informasi palsu ke publik.
Video kontroversial banyak beredar di YouTube dan sulit disaring karena para pengguna platform video sharing ini mengunggah video-video dengan durasi total lebih dari 400 jam setiap menit. Sangat sulit bagi YouTube untuk memantau setiap konten yang diunggah.
Biasanya, video yang melanggar ketentuan baru dihapus apabila ada pengguna yang menandai (flag) video bersangkutan, atau jika terdeteksi mengandung pelanggaran oleh sistem kecerdasan buatan (AI) YouTube saat sedang diunggah. Begitu ditandai, konten akan diulas oleh tim moderator YouTube.
Untuk kasus video tudingan palsu terhadap Havid Hogg, YouTube salah menilai karena video tersebut menyertakan konten dari sumber berita yang valid. Dalam hal ini potongan-potongan klip dari tayangan berita stasiun TV CBS. “Sistem kami salah mengklasifikasikannya”, ujar seorang juru bicara YouTube.
Pihak YouTube berjanji akan lebih mengutamakan konten dari sumber berita yang valid dalam hasil pencarian video, terutama konten-konten terkait peristiwa breaking news.
“Kami melihat peningkatan, tapi dalam situasi tertentu perubahannya tak cukup cepat,” kata sang juru bicara. Dia menambahkan, YouTube juga telah memperbarui ketentuan harassment sehingga kini ikut mencakup video hoax yang menarget korban tragedi. [] kompas.com