TamiangNews.com, SUBULUSSALAM -- Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Kota Subulussalam kali ini menemukan guru-guru yang berpindahan dari daerah terpencil ke daerah kota hanya dengan menggunakan Nota Dinas.
Hal ini membuat Kepala Sekolah yang ditinggalkan tidak tahu harus lapor kemana tentang kekurangan guru-guru di sekolah tersebut, demikian dikatakan Ketua MPD Subulussalam Jaminuddin B Jumat (23/02).
Dalam rilisnya yang diterima TamiangNews.com, lebih lanjut dikatakan, hal ini ditemukan di beberapa sekolah terkadang kepala sekolah yang ditinggalkan merasa bersedih karena selama ini gurunya kurang tiba-tiba datang nota Dinas bahwa guru si A pindah ke sekolah di daerah Kota.
"Kami melihat guru sudah menumpuk di perkotaan baik SD maupun SMP dan hal ini tidak sejalan apa yang di sampaikan oleh Bapak Walikota Subulussalam pada saat peringatan hari guru nasional (HGN) di Kota Subulussalam pada tahun 2017 yang lalu bahwa pemerataan guru dilakukan supaya daerah terpencil juga merasakan pendidikan tersebut", ujar Jaminuddin B.
Namun Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Subulussalam mengabaikan hal tersebut dibuktikan puluhan guru mendapat Nota Dinas dalam tahun-tahun terakhir ini. Kepala Sekolah yang ditinggalkan tidak mempermasalahkan jika dimutasi ke sekolah perkotaan tapi harus juga dipikirkan kami yang terpencil ini, dan jangan pake nota Dinas, langsung SK Walikota Subulussalam supaya kami tidak curiga dengan permainan uang sogok pindah, siapa yang tidak mau pindah ke kota, banyak yang mau tapi persoalannya siapa yang mengajar di pedasaan dan pedalaman.
Menurut Jamiduddin B, kepala sekolah di perkotaan menyampaikan ke MPD bahwa mereka kelebihan guru. "Kami menyampaikan supaya disampaikan langsung ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, kepsek tersebut mengatakan bahwa sudah berkali-kali disampaikan tapi sama saja", ujar Jaminuddin B menirukan perkatakan salah seorang kepala sekolah.
Inilah yang membuat guru-guru di perkotaan sebahagian menjadi korban karena jam sangat sedikit dan tidak cukup sementara tenaga guru dari kalangan honor juga ada sehingga membuka peluang bagi guru di perkotaan untuk tidak masuk sekolah atau bolos karena jam tidak cukup, ujar Jaminuddin B.
Melihat terobosan Nota Dinas yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan kebudayaan yang ditemukan, ini sangat berpengaruh terhadap mutu pendidikan, bagaimana bisa bermutu sekolah di pedesaan atau jauh dari Kota sementara guru-gurunya dengan bermodalkan Nota Dinas banyak pindah ke kota.
"Kami minta Kepada Kepala Dinas Pendidikan dan kebudayaan untuk merestart ulang secara totalitas terhadap pendidikan, kalau seperti ini yang dilakukan Dinas maka pendidikan Kota Subulussalam semakin tidak terarah", ujar ketua MPD.
Sejumlah guru-guru juga ditemukan dalam beberapa tahun terakhir ini berpindahan dari Kota Subulussalam, ini menambah suramnya pendidikan Kota Subulussalam belum lagi moratorium pengangkatan guru PNS beberapa tahun terakhir ini tidak ada.
Sementara guru berpindahan keluar daerah, saya nyaris putus asa melihat kinerja Kepala Dinas PK Irwan, M.Si yang terkesan main tunggal dan tidak mempunyai program strategis sehingga beberapa bulan terakhir ini beliau turun ke sekolah-sekolah sebagai pembina upacara bendera karena beliau tidak tahu apa yang mau dikerjakan, tutup Jaminuddin B. [] TN-RED
Hal ini membuat Kepala Sekolah yang ditinggalkan tidak tahu harus lapor kemana tentang kekurangan guru-guru di sekolah tersebut, demikian dikatakan Ketua MPD Subulussalam Jaminuddin B Jumat (23/02).
Dalam rilisnya yang diterima TamiangNews.com, lebih lanjut dikatakan, hal ini ditemukan di beberapa sekolah terkadang kepala sekolah yang ditinggalkan merasa bersedih karena selama ini gurunya kurang tiba-tiba datang nota Dinas bahwa guru si A pindah ke sekolah di daerah Kota.
"Kami melihat guru sudah menumpuk di perkotaan baik SD maupun SMP dan hal ini tidak sejalan apa yang di sampaikan oleh Bapak Walikota Subulussalam pada saat peringatan hari guru nasional (HGN) di Kota Subulussalam pada tahun 2017 yang lalu bahwa pemerataan guru dilakukan supaya daerah terpencil juga merasakan pendidikan tersebut", ujar Jaminuddin B.
Namun Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Subulussalam mengabaikan hal tersebut dibuktikan puluhan guru mendapat Nota Dinas dalam tahun-tahun terakhir ini. Kepala Sekolah yang ditinggalkan tidak mempermasalahkan jika dimutasi ke sekolah perkotaan tapi harus juga dipikirkan kami yang terpencil ini, dan jangan pake nota Dinas, langsung SK Walikota Subulussalam supaya kami tidak curiga dengan permainan uang sogok pindah, siapa yang tidak mau pindah ke kota, banyak yang mau tapi persoalannya siapa yang mengajar di pedasaan dan pedalaman.
Menurut Jamiduddin B, kepala sekolah di perkotaan menyampaikan ke MPD bahwa mereka kelebihan guru. "Kami menyampaikan supaya disampaikan langsung ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, kepsek tersebut mengatakan bahwa sudah berkali-kali disampaikan tapi sama saja", ujar Jaminuddin B menirukan perkatakan salah seorang kepala sekolah.
Inilah yang membuat guru-guru di perkotaan sebahagian menjadi korban karena jam sangat sedikit dan tidak cukup sementara tenaga guru dari kalangan honor juga ada sehingga membuka peluang bagi guru di perkotaan untuk tidak masuk sekolah atau bolos karena jam tidak cukup, ujar Jaminuddin B.
Melihat terobosan Nota Dinas yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan kebudayaan yang ditemukan, ini sangat berpengaruh terhadap mutu pendidikan, bagaimana bisa bermutu sekolah di pedesaan atau jauh dari Kota sementara guru-gurunya dengan bermodalkan Nota Dinas banyak pindah ke kota.
"Kami minta Kepada Kepala Dinas Pendidikan dan kebudayaan untuk merestart ulang secara totalitas terhadap pendidikan, kalau seperti ini yang dilakukan Dinas maka pendidikan Kota Subulussalam semakin tidak terarah", ujar ketua MPD.
Sejumlah guru-guru juga ditemukan dalam beberapa tahun terakhir ini berpindahan dari Kota Subulussalam, ini menambah suramnya pendidikan Kota Subulussalam belum lagi moratorium pengangkatan guru PNS beberapa tahun terakhir ini tidak ada.
Sementara guru berpindahan keluar daerah, saya nyaris putus asa melihat kinerja Kepala Dinas PK Irwan, M.Si yang terkesan main tunggal dan tidak mempunyai program strategis sehingga beberapa bulan terakhir ini beliau turun ke sekolah-sekolah sebagai pembina upacara bendera karena beliau tidak tahu apa yang mau dikerjakan, tutup Jaminuddin B. [] TN-RED