Oleh : Nuriza Auliatami
Ia itu begitulah kiranya
Ingin dikenal, namum tak juga heboh memperkenalkan dirinya
Hanya dengan tanda-tanda ia dapat dibaca
Jika telah sepenuhnya terbaca, hanya tinggal rasa saja
Jika sepenuhnya telah dirasa, nikmatlah jadinya
Dan kerja si perasa, tinggal menari-nari saja
Saban hari - saban waktu tinggal menyanyi saja
Saban tempat – saban alamat, tertawa saja
Saban kerabat – saban keramat ia yang punya
Saban selamat – saban tak sekat ia jadinya
Saban syari’at – saban thariqat ia tujunya
Saban hakikat – saban ma’rifat ia penunjuknya
Sumpah serapah sembarang jadi padanya
Sesuatu segala tinggal ucap kun saja
Tetapi tunggu restu kasihnya
Apakah fayakun diberi juga
Berbaris-baris restu nikmatnya
Tahun bertahun dicari hambanya
Berbagai cara mendekatinya
Disana dzauq apakah ada
Berbondong hamba datang padanya
Menuntut selamat juga syurga
Aduhai diri tak tau pula
Rahasia tuhan dzauq adanya
Islam itu perbagai tiangnya
Ada bentuknya seperti kelapa
Syari’at – thariqat jalan sempurna
Hakikat – ma’rifat barulah ia
Kulit kelapa syari’at kiasnya
Thariqat itu bagai tempurungnya
Hakikat daging dari kelapa
Minyak didapat ma’rifat adanya
Siapa gerangan mengenalnya
Maka akan hilang mukanya
Ada aku engkau tak ada
Ada engkau aku tak ada
Tak Aceh, tak Arab, tak India
Sama saja semua rupa
Sebab dalangnya adalah dia
Dzahir tubuh wayang adanya
Setelah tau af’al – asmanya
Janganlah boleh tinggal sifatnya
Bernajis saja tak boleh jumpa
Apalagi kalau berdosa
Jangan bersedih jangan berduka
Surga itu bukanlah hanya
Tak ada tuan, tak ada rumahnya
Tak ada rumah, tuannya ada
Jika tuan hendak meminangnya
Janganlah tuan minta hartanya
Pinang saja tuan rumahnya
Harta itu pastilah pula
Nuriza Aulia sungguh tiada
Apapun daya, upaya pula
Sungguh badan tiada berjaya
Kuat dan sehat, Allah yang punya.
Ia itu begitulah kiranya
Ingin dikenal, namum tak juga heboh memperkenalkan dirinya
Hanya dengan tanda-tanda ia dapat dibaca
Jika telah sepenuhnya terbaca, hanya tinggal rasa saja
Jika sepenuhnya telah dirasa, nikmatlah jadinya
Dan kerja si perasa, tinggal menari-nari saja
Saban hari - saban waktu tinggal menyanyi saja
Saban tempat – saban alamat, tertawa saja
Saban kerabat – saban keramat ia yang punya
Saban selamat – saban tak sekat ia jadinya
Saban syari’at – saban thariqat ia tujunya
Saban hakikat – saban ma’rifat ia penunjuknya
Sumpah serapah sembarang jadi padanya
Sesuatu segala tinggal ucap kun saja
Tetapi tunggu restu kasihnya
Apakah fayakun diberi juga
Berbaris-baris restu nikmatnya
Tahun bertahun dicari hambanya
Berbagai cara mendekatinya
Disana dzauq apakah ada
Berbondong hamba datang padanya
Menuntut selamat juga syurga
Aduhai diri tak tau pula
Rahasia tuhan dzauq adanya
Islam itu perbagai tiangnya
Ada bentuknya seperti kelapa
Syari’at – thariqat jalan sempurna
Hakikat – ma’rifat barulah ia
Kulit kelapa syari’at kiasnya
Thariqat itu bagai tempurungnya
Hakikat daging dari kelapa
Minyak didapat ma’rifat adanya
Siapa gerangan mengenalnya
Maka akan hilang mukanya
Ada aku engkau tak ada
Ada engkau aku tak ada
Tak Aceh, tak Arab, tak India
Sama saja semua rupa
Sebab dalangnya adalah dia
Dzahir tubuh wayang adanya
Setelah tau af’al – asmanya
Janganlah boleh tinggal sifatnya
Bernajis saja tak boleh jumpa
Apalagi kalau berdosa
Jangan bersedih jangan berduka
Surga itu bukanlah hanya
Tak ada tuan, tak ada rumahnya
Tak ada rumah, tuannya ada
Jika tuan hendak meminangnya
Janganlah tuan minta hartanya
Pinang saja tuan rumahnya
Harta itu pastilah pula
Nuriza Aulia sungguh tiada
Apapun daya, upaya pula
Sungguh badan tiada berjaya
Kuat dan sehat, Allah yang punya.